Senin, 18 Juli 2011

Penyesuaian Intake Matik Ketika Pake Karbu Besar

Papas pakai bor tuner

Ketika mengadopsi karburator berventuri lebih besar, tentu butuh penyesuaian di intake agar kinerja karbu sempurna. Tidak semua karburator aftermarket bisa langsung masuk ke intake standar. Misal, karbu vakum standar ingin pakai karbu konvensional Keihin PE 28 mm. Kalau Yamaha Mio sih bisa langsung pasang. Tetapi kalau matik Honda, butuh perbesar karet intake. Jangankan 28 mm, karet intake Honda BeAT dijejali karbu Mikuni 24 pun agak sulit masuk. Nah, cara memperbesar diameter karet bisa dilakukan lewat mengkikisnya pakai bor tunner hingga 2 mm.

Bisa potong dan tambah

Penyesuaian lain juga harus dilakukan ketika pakai karbu gambot. Itu berlaku di semua intake skubek yang kerap dipakai balap. Misalkan Yamaha Mio atau Honda BeAT. Penyesuaian ini ada di dudukan intake ke kepala silinder. Bagian bawah intake biasanya ditambah adaptor atau dilas babet untuk tambah panjang. Kalau pakai adaptor, ketebalannya hanya sekitar 10 mm atau 1 cm. Tujuannya ditambah adaptor agar intake bertambah tinggi. Lewat langkah ini, mangkuk karbu jadi tidak mentok crankcase. Tonjolan mesti dipapas kalau pakai karbu aftermarket Buat di Yamaha Mio, memang karet intake tidak perlu diperbesar lagi. Malah, ketika pakai karbu Keihin PE 24 atau Mikuni 24 mm, karet intake pun agak sedikit longgar. Solusinya mudah. Cukup kencangkan klem hingga benar menutup seluruh celah. So, tak ada kebocoran. Begitunya ada yang perlu sobat lakukan juga sebelum pasang karburator gambot itu. Karet intake Mio terdapat tonjolan di permukaan luarnya. Bagian ini, kudu dipapas rata agar venturi karbu bisa dipasang sempurna. Papasnya bisa pakai bor tunner.

Pakai karbu RX-King nggak perlu ganti intake

Pemilik Honda Vario atau BeAT juga punya pilihan aplikasi karbu. Buat sesuaikan kebutuhan dapur pacu yang sudah bore up, bisa juga lirik karburator Yamaha RX-King. Diameter venturi 26 mm, tergolong pas jika bore up hanya sebatas 125 - 130 cc. Juga enggak terlalu boros ketimbang pakai PE 28. Tidak perlu beli karet intake lagi, tapi cukup memperbesar karet intake sekitar 2 mm. Toh, ketika ingin pakai karbu standar lagi pun masih tetap bisa kok. Cukup mengencangkan setelan baut klem-nya aja.


Sumber:otomotifnet.com

Selasa, 12 Juli 2011

Teknik Performance Riding: Pengereman yang Tepat

Melanjutkan artikel sebelumnya soal teknik mengendarai motor dengan performa tinggi, kita lanjut dengan pengereman alias braking. Yang perlu diingat dalam mengendarai high performance bikes ingat untuk selalu menggunakan rem depan. Rem belakang bukan untuk memperlambat
motor namun lebih ke arah agar motor tetap stabil dan penggunaannya pun sedikit banget. Juragan sendiri hampir nyaris jarang menggunakan rem belakang dan monggo dilihat apa yang dikatakan Valentino Rossi dalam melakukan braking "I always brake very much with the front,
road or track. I would say use 80 percent the
front and 20 percent the rear. You use the
rear just a little to keep the bike stable. The
difference the track and the road is this – on
the track you can use the front brake all the way into the corner," ujar Rossi.

Penggunaan rem depan begitu mendominasi
terutama pada braking point yaitu titik
dimana seorang rider mulai mengerem dan
menurunkan gigi. Penekanan brake lever pun pelan-pelan akan berkurang seiring dengan menuju corner apex. Memang pemilihan disc brake bisa berbeda antara rider satu dengan rider yang lain..
Sebut saja Nicky Hayden dibandingkan Dani
Pedrosa, walau dulu sama-sama tim Repsol
Honda namun ukuran rear disc keduanya
berbeda. Dimana hal ini dipengaruhi kebiasaan dan latar belakang rider itu sendiri Nicky Hayden memilih rear disc yang lebih besar mengingat ia mempunyai latar
belakang kuat riding dirt bike... dimana
riding tanpa front brake. Jadi sedikit banyak
ia membutuhkan rear disc yang lebih
mumpuni. Sebaliknya, Pedrosa hanya membutuhkan disc yang lebih kecil, mengingat ia jarang menggunakan rear disc. Pedrosaa tumbuh di MotoGP 125 dan 250 yang lebih membutuhkan mengerem dengan rem depan. Dalam keadaan mengerem, distribusi berat motor dan rider akan berpindah ke depan. Tangan agak lurus badan sudah lebih tegak dari sebelumnya posisi menunduk. Ketika dari straight mau menikung jika sudah mulai dekat apex, posisi kaki sudah siap-siap
untuk menikung. Apabila sedang melaju terus melakukan pengereman kemudian ban belakang terangkat. Ini menandakan proses braking kurang bagus dalam artian melakukan pengereman lebih kuat sedangkan power motor masih besar. Penyebabnya bisa salah menentukan braking point sehingga motor terpaksa direm dengan sangat aggresif. Terakhir penggunaan bahan seperti carbon
disc bisa membuat titik pengereman lebih
dekat dengan apex (late braking). Kualitas
bahan material pun seperti menggunakan
brand brembo pun juga menentukan kualitas pengereman. Pengecekan rem sangat penting soalnya kalau misalnya minyak rem kurang, akibatnya ngemposss dan lain-lain bisa fatal jika mengendarai performance bikes. Latihan perlu terus agar semakin piawai dalam riding performance bikes.

Teknik Performance Riding: Throttle Control

Setelah mengenal teknik persiapan dalam
performance riding di artikel yang lalu, saatnya melanjutkan ke penguasaan
teknik berikutnya yakni throttle control
(membejek gas red). Ini sangat penting. Pertama kali sewaktu motor dalam keadaan diam, jangan langsung bejek atau buka throttle dengan cepat. Soalnya motor bisa wheelie, bahkan jika parah wheelie-nya bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan. Jadi yang harus diingat adalah jangan menyamakan membawa motor besar seperti mengendarai motor kecil. Karena power-nya berbeda jauh. Bahkan di dunia balap, ada istilah "Wheelies may impress your girlfriend, but they just waste time" For sure, throttle control is the most important part of riding a bike, advises Rossi wisely.
“It’s difficult with a big bike, like a MotoGP bike or big streetbike, because you can spin the rear tyre even in the dry. The
only way to learn throttle control is experience, riding as many bike as possible in as many condition as possible. Nah ketika wheelie sebenernya ada power yang hilang. Memindahkan berat badan ke depan akan membuat motor lebih sulit untuk terjadinya wheelie. Nah ketika gas dibejek akan menggerakan roda belakang melalui jalur transmisi. Disini pentingnya tekanan ban (dalam artian sudah panas/ready-red). Jika tekanan ban terlalu tinggi maka ban enggak bisa gigit mengingat permukaan ban yang terkena aspal sedikit. Sebaliknya jika tekanan ban kurang maka motor bisa 'geal-
geol' ketika throttle dibuka. “If you
have very much horsepower,” says Rossi, “you need to put more tyre on the ground for when you open the throttle. I didn’t really do this so much in 125s but started using the technique alot in 250s. And the more power you have, the more important it becomes, so i use this very much in 500s and also in MotoGP ...!!!”
Selanjutnya throttle control digunakan ketika menaklukkan tikungan atau disebut juga cornering. Nah, di sini prinsip 'slow in fast out' berlaku. Ketika masuk ke tikungan, throttle nggak terlalu dibejek. Kemudian dibejek pelan-pelan dan setelah melewati apex, baru deh bisa dibejek 100 persen. Ya tentu tentu ketika masuk tikungan motor
pelan-pelan di rem donwshifting, terjadi
perpindahan berat pada fork depan, baru deh menikung. Throttle control di tikungan seperti terlihat pada gambar di bawah. Sewaktu mendapatkan jalur lurus, terutama
ketika akan melibas long straight di sirkuit
misalnya, selain throttle dibejek, posisi tubuh juga memegang peranan penting. Tangki motor dijepit kedua kaki, pembalap
nunduk, sampai dagunya menempel di tangki. Hal ini agar tidak melawan air flow yang terjadi.
Terakhir setelah menguasai teknik throttle
control, perlu juga menguasai braking control. Teknik ini sangat penting untuk
dikuasai mengingat jika tidak bisa
menggunakan braking control secara benar,
maka risiko kecelakaan pasti menghantui. Di artikel kita bahas tentang teknik ini.

Teknik Persiapan Performance Riding

pada artikel ini akan diulas tentang teknik performance riding. Teknik ini biasa digunakan baik di sirkuit, ataupun berguna ketika mengendarai motor yang mempunyai
power dan torsi yang besar. Ya setidaknya untuk menambah pengetahuan.

Pertama dari sisi rider kudu disadari banget bahwa jika akan bawa motor, kudu fokus sebagaimana pernyataan Valentino Rossi berikut ini. "When You Ride You should try and forget everything else. Dont think about the rest of yout life ot the rest of the world. Try to forget all that and think only of the road or the track and the bike. It’s not always easy to stay focused on the bike, sometimes you feel that one part of the brain rides the bike, thinks about the tyre, sees the road, but maybe the other part is thinking about a girl, a friend, a song" – Valentino Rossi.

Kemudian semua yang berhubungan dengan safety riding kudu dicek seperti sepatu bot, sarung tangan, wearpack, helmet. Baik oleh kita sendiri atau oleh mekanik. Ini penting jangan sampai pas bawa motor, remnya nggak pakem lah, angin kurang lah dan lain-lainnya. Ridernya sendiri kudu fit, apalagi
mengendarai motor di sirkuit, ataupun
touring kudu punya stamina yang prima. Nah, banyak rider yang melakukan latihan
dengan motocross ataupun supermoto.
Namun perlu hati-hati soalnya banyak rider
yang cedera bermain motocross, sebut saja
Troy Bayliss, Neil Hodgson, Carl Fogarty dan
lainnya. Selanjutnya, secara mental pun seorang riders harus menyatu dengan bikenya. Kalau enggak percuma saja lah “The Rider is a big part of motorcycle, so
you need to understand that you’re part of
the bike. It’s not the bike and the rider –
both need to be like one thing. You also need
to think about having a good relationship with the bike and makin a direct rapport with it," Valentino Rossi.
Untuk sementara sekian dulu, nanti
disambung lagi, masih banyak teknik yang
harus dipelajari. Tidak ada salahnya untuk
belajar, setidaknya skill riding kita bisa
meningkat dan bisa meminimalisir risiko yang mungkin akan terjadi.


Sumber: detik.com